Minggu, 22 Maret 2009

Jika Facebook Menjadi Seperti Friendster

Masih ingat Friendster kan? Masih ingat tidak kenapa kalian mulai meninggalkan Friendster dan beralih ke Facebook? Richard baru saja membahas kegundahannya di blognya Friendster mencoba mengejar popularitasnya kembali dengan membuat fitur-fitur yang mirip dengan Facebook, meski tidak lantas membuat para anggota yang meninggalkannya untuk kembali lagi ke Friendster.

Friendster rasanya lebih cocok untuk mereka yang masih awal kenal dengan jejaring sosial, dan tertarik untuk mencari teman-teman baru. Dengan mudahnya mereka mencari anggota lain dan mengajaknya menjadi temannya. Meski sebenarnya teman ini bukanlah teman sebenarnya, karena kita bisa jadi tidak kenal sama sekali dengan orang yang dimaksud. Hal seperti ini hampir pasti terjadi pada semua orang (termasuk yang menulis blog ini :D). Facebook cocok untuk mereka yang sudah lebih dewasa dalam berjejaring sosial. Mereka yang sudah melewati masa asal-asalan di Friendster dan mencoba mencari teman sesungguhnya di Facebook.

Beberapa hari lalu Indosat bekerja sama dengan Blackberry membuat kompetisi di Facebook. Kompetisi ini terbagi menjadi 6 periode. Peserta diminta menambah teman sebanyak-banyaknya setiap seminggunya. Sejak kompetisi ini dimulai, tiba-tiba banyak sekali permohonan sebagai teman bermunculan. Padahal siapa mereka, kita juga belum tentu tahu.

Secara pribadi, yang menulis blog ini lebih suka kalau permohonan itu muncul hanya dari orang yang sempat kita kenal sebelumnya (baik secara fisik, maupun di dunia maya). Kompetisi seperti ini malah membuat gusar banyak orang, karena mendorong orang untuk mengulang orang melakukan kesalahannya di Friendster. Hihi, meski mungkin yang gusar bisa jadi tidak banyak, karena sepertinya yang tertarik ikut kompetisi ini jauh lebih banyak.

Salah satu tujuan awal si penulis blog ini dulu ber-Facebook adalah untuk bisa berhubungan dengan teman-teman lamanya. Melalui Facebook ini bahkan sempat terjadi reuni teman-teman SD. Sesuatu yang sulit terjadi saat Friendster awal kali muncul. Kesalahan memilih sembarang teman di Friendster juga tidak ingin terulang. Itulah, makanya ada lebih dari 130 permohonan menjadi teman kini didiamkan saja. Prinsipnya, kalau nggak kenal, nggak akan disetujui.

Nah, bagaimana dengan Anda? Apa tujuan Anda dahulu bergabung di Facebook? Apakah Anda masih memanfaatkan Friendster? Ataukah sudah meninggalkannya?

Senin, 24 Maret 2008

Top Ten Tempat yang dapat dikunjungi di Melbourne

Sejauh pengamatan saya, kok nggak ada ya travel guide yang menyajikan tujuan-tujuan wisata dengan ringan tapi komprehansif; dengan bahasa yang tidak kaku dan bertujuan untuk menginformasikan (bukan menjual) serta memberikan informasi yang tidak umum dan unik. Lalu sempat kepikiran, kenapa tidak buat sendiri? Saya sudah sempat membuat posting pendek tentang Jogja, dan sepertinya Melbourne adalah kota kedua yang cukup menarik untuk diceritakan.

Melbourne, kota kedua terbesar di Australia setelah Sydney memang pantas disebut garden city karena dimana-mana selalu ada taman. Kesan pertama waktu saya disana cukup standar: kota ini hijau sekali. Standar piknik disana biasanya selalu disertai dengan membakar steak, karena BBQ sudah menjadi budaya bangsa Australia. Karena saking segitunya sama BBQ, pemerintah bahkan menyediakan bakaran BBQ yang diperasikan dengan listrik: anda cukup menekan tombok power dan bakaran akan panas selama beberapa menit. Nah berikut ini adalah sejumlah tempat wisata yang cukup asyik untuk dikunjungi disana:

Soverign Hill, Ballarat

Ini tujuan wisata yang sayang kalau dilewatkan. Soverign Hill adalah sebuah kota penghasil emas di Australia dari pertengahan tahun 1800 yang direka ulang sehingga menjadi obyek wisata yang membawa anda ke masa lalu. Bayangkan rumah-rumah dan toko-toko kuno di jalan tanah yang dilalui orang-orang berbusana model abad 19 dan kereta kuda. Anda bisa mengikuti pelajaran sekolah dari jaman itu (bahkan belajar menulis dengan pena celup), melihat cara kerja mesin uap kuno (yang masih berjalan dengan sempurna), mendulang emas di sungai, bermain boling jaman dulu sampai melihat perkemahan imigran Cina. Jangan lupa untuk mencicipi caramel fudge dan lolipop yang dijual di toko permen di Main Street. Kalau ingin menguji kemampuan anda mendulang emas, sebaiknya anda tidak ke Souverign Hill pada saat musim dingin karena air sungainya sangat membekukan tangan.

Bourke Street Walk


Ini sepertinya tujuan wajib bagi pelancong karena terletak di City (Central Business District-nya Melbourne). Di Bourke Street ada berbagai macam toko dan pusat suvenir 2 dolar-an yang cocok untuk oleh-oleh. Bagi yang gila belanja, dua departement store besar: Myer dan David Jones juga terletak disini. Tapi yang paling menarik di Bourke Street adalah pengamen jalanan yang memainkan berbagai jenis musik, mulai dari genre Spanish Guitar hingga Jazz. Jangan salah, mereka tidak minta uang receh; melainkan menawarkan CD album mereka. Kalau anda berkunjung ke Melburne pada musim natal, Myer selalu menyulap jendela etalase mereka menjadi rangkaian petunjukan audio-animatronics yang bertema natal seperti Rudolph the Red Nose Reindeer dan How the Grinch Stole Christmas.

South Yarra


South Yarra yang terletak di selatan sungai Yarra adalah kampungnya orang kaya Melbourne. Pondok Indahnya Melbourne lah. Coba deh lewat sana sewaktu musim gugur, nanti rumah-rumah megah yang kebanyakan ber-arsitektur kolonial akan nampak romantis dihiasi dengan guguran daun yang merah kecoklatan. Sehabis itu anda bisa mencari barbeque spot di tepi sungai Yarra, lalu memasak BBQ steak yang lezat menggunakan panggangan yang sudah disediakan gratis di sepanjang tepi sungai tersebut. Cukup beli daging sapi (atau kambing) di supermarket terdekat, bakar dengan mentega dan irisan bawang bombay; beri bumbu garam + merica dan makan bersama saus BBQ (gak usah pake nasi!) . Daging sapi dan kambing Australia itu sudah cukup lezat, sehingga tidak perlu diberi bermacam-macam bumbu.

Como Park

Melbourne punya banyak mansion yang dulu ditinggali oleh tuan tanah yang kaya raya. Mengunjungi mansion-mansion ini anda bisa membayangkan kemegahan gaya hidup cream society Melbourne di masa itu. Ada Rippon Lea yang dulu pernah ditinggali seorang janda tua pecinta film Hollywood, sampai Werribee Park yang pemiliknya bunuh diri di dapur. Tapi favorit saya adalah Como Park yang bergaya Italia. Walaupun tidak semegah Rippon Lea, tapi Como terasa hidup dan seolah masih ditinggali pemiliknya. Mansion yang terdiri dari dua lantai ini hanya menghabiskan sebagian kecil areal yang luas ini. Sisanya adalah kebun, kolam, pepohonan rindang, dan lapangan luas yang ditinggali sepasang sapi. Menurut si guide, Como diambil dari Lake Como di Italia, tempat dimana si pemilik rumah, Edward Williams, melamar istrinya.

Old Melbourne Gaol

Bukan favorit saya, tapi menurut adik saya cukup pantas untuk dikunjungi. Old Melbourne Gaol adalah penjara pertama di Australia. Di tempat ini, Robin Hood Australia: Ned Kelly dipenjara dan akhirnya dihukum gantung. Yang tidak saya suka... tempatnya menyeramkan sekali. Sel-selnya yang singup dan lembab... sepertinya hantu-hantu para narapidana dari akhir abad 19 masih berkeliaran disitu. Disitu ada juga cambuk (yang telah direndam dengan air garam supaya lebih sakit kalau dipakai buat mencambuk), alat-alat hukuman bahkan cetakan kepala dari narapidana yang telah dihukum mati yang terbuat dari gips. Cetakan itu digunakan untuk penelitian perilaku kriminal yang diduga berhubungan dengan bentuk kepala.


5 dulu, yang 5 lainnya disambung besok.